Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 November 2015

Makalah Kreativitas



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Setiap manusia pasti memiliki kreativitas baik itu kreativitas dalam bidang seni ataupun keilmuan. Kreatifitas adalah sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi susah untuk diartikan, bahkan susah untuk dijalankan dalam kehidupan keseharian bagi yang belum terbiasa dan yang masih terbelenggu dengan pikiran bahwa kreativitas itu harus menghasilkan ciptaan yang luar biasa hebat. Banyak orang mengatakan bahwa kreativitas itu suatu cara berfikir untuk keluar dari masalah hidup keseharian yang melingkupi dan membelitnya. Kreatifitas berhubungan dengan pola pikir yang dapat menghubungan suatu masalah atau fenomena dengan unsur-unsur yang lain sehingga menjadi sesuatu yang baru. Bahkan kreativitas dapat diartikan sebagai pola pikir yang dapat menciptakan sesuatu yang baru. Dalam belajar kreativitas berperan penting untuk membantu individu agar semakin maju dalam belajar dan menciptakan inovasi-inovasi baru agar belajarnya lebih mudah dipahami. Sedangkan dalam pembelajaran kreatif berperan penting membantu guru dan yang lainnya untuk lebih memahami masalah siswa atau anak dalam belajar kemudian mengembangkan pembelajaran yang lebih baik dan kreatif agar anak atau siswa cepat menangkap sesuatu, memahami apa yang diberikan, mampu memecahkan persoalan, dan akhirnya sendiri dapat menjadi individu yang sangat kreatif. Dalam prakteknya ternyata untuk menjadi seseorang yang kreatif sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan adanya faktor penghambat baik dari dalam diri maupun luar diri. Untuk itu kita perlu mengenali hal tersebut, sehingga dampak yang menghambat kreativitas dapat diminimalisir.




















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Kreativitas

Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Sedangkan, kreativitas sendiri memiliki arti kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang sebelumnya.
Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik (Santrock, 2007).
Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya :
a.       Baru (novel), yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
b.      Berguna (useful), yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
c.       Dapat dimengerti (understandable), yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.

B.     Teori-Teori Kreativitas

a.       Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak.Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun tokoh-tokohnya adalah:
·         Sigmund Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi produktivitas kreatif.Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.
·         Ernest Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
·         Carl Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

b.      Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun pertama.
·         Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.
·         Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan konsep-konsep.

c.       Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition).Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
1.      Minat pada usia dini pada ranah tertentu: 
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
2.      Akses terhadap suatu bidang: 
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati   sangat membantu pengembangan bakat.
3.      Access to a field: 
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan.

C.     Tahap-Tahap Kreativitas

     Wallas (1926) dan Haefele (1962) mengemukakan ada empat tahapan dalam proses kreativitas yang harus dijalani yaitu:
a.       Tahap Persiapan
        Otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi. Caranya dengan wawancara, mencatat data, membaca yang diperlukan atau kegiatan lain yang berfungsi mengumpulkan fakta, ide, opini. Setelah informasi dikumpulkan dilakukan pengaturan atau pengolahan terhadap konsep-konsep (dua buah sekurang-kurangnya) yang merupakan bahan-bahan pemikiran untuk menimbulan konsep baru.
b.      Tahap Inkubasi
        Tahap istirahat (pengendapan) merupakan masa penyimpanan informasi dan merenungkannya. Alam bawah sadar mengolah dan mengambil alih informasi, menyemainya dengan mengaitkan berbagai ide, termasuk menjajarkan, memadukan/menggabungkan, menyortir atau memilah, membayangkan dan mengitari /mempersempit atau mencari intisari ide.
        Dalam proses inkubasi kreatif dikenal tiga metode ampuh untuk meningkatkan hasil upaya kreatif, yaitu kemujuran (serendipity) adalah menemukan hal-hal yang tidak dicari secara kebetulan dan cerdik. Keserentakan (synchronicity), berarti sedang dalam mencari ide dan secara tidak sengaja mengalami suatu kejadian atau rangkaina kejadianyang tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Kekacaubalauan (chaos), yaitu suatu tipuan semesta atau keserentakan yang tidak terjelaskan, ide muncul pada saat-saat ganjil.
c.       Tahap Pencerahan
        Tahap pencerahan ialah saat inspirasi sebuah gagasan baru muncul dalam piiran seakan-akan dari ketiadaan muncul jawaban baru yang jitu. Sangat dipentingkan sikap santai untuk mendorong tahap inkubasi dan pencerahan.
d.      Tahap Pelaksanaan/Pembuktian
        Tahap menghimpun dana, merencanakan suatu kegiatan hingga menguji gagasan tersebut. Ada yang berhasil cepat, ada yang sangat lambat bahkan memakan waktu bertahun-tahun bahkan ada yang tidak berhasil. Pada tahap ini, terjadi penyempurnaan ataupun pengujian terhadap ide yang baru sehingga dapat dilaksanakan.

D.    Ciri-Ciri Kreativitas

Menurut Guilford (1963), ciri-ciri pada orang-orang kreatif adalah:
1)      Fluency: kesiapan, kelncaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
2)      Fleksibilitas: kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
3)      Originalitas: kemampuan untuk mencetuskan gagasan-gagasan asli.
4)      Elaborasi: kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail terperinci.
5)      Redefenition: kemampuan untuk merumuskan batsan-batasan dengan melihat dari sudut lain daripada cara-cara yang lain.

Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan ciri-ciri kreatif secara umum dapat dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu:
a.       Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru, penemuan. Ciri-ciri pokok ini meliputi:
1.      Kelincahan mental, adalah kemampuan untuk bermain-main dengan ide-ide, gagasan, konsep, lambang-lambang, kata-kata, angka-angka, dan khususnya melihat hubungan yang tidak biasa dari ide-ide.
2.      Berpikir ke segala arah, adalah kemampuan untuk berpikir dari satu ide, gagasan lalu menyebar ke sagala arah tidak hanya terfokus pada satu jawaban saja.
3.      Fleksibilitas konseptual, adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, kerja yang tak jalan.
4.      Orisinalitas, adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak lazim, yang jarang, bahkan mengejutkan.
5.      Lebih menyukai kompleiksitas daripada simplisitas, dari penyelidikan diketemukan bahwa pada umumnya, orang-orang kreatif lebih menyukai kerumitan daripada kemudahan, memilih tantangan dari keamanan, cenderung pada yang lebih kompleks dari yang sederhana. Akibatnya mereka dapat bertemu dengan gagasan-gagasan aneh dan hal-hal baru daripada orang-orang yang puas dengan yang mudah, aman dan sederhana.
6.      Latar belakang yang merangsang, orang-orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang dapat menjadi contoh dan dalam suasana ingin belajar, ingin bertambah tahu, ingin maju dalam bidang-bidang yang ditekuninya.
7.      Kecakapan dalam banyak hal, para manusia kreatif pada umumnya mempunyia banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang.
b.      Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif sekali sudah ditemukan tetap hidup. Ciri-ciri ini meliputi,
1.      Kemampuan untuk bekerja keras.
2.      Berpikir mandiri, orang-orang kreatif memiliki ras individualitas yang kuat. Mereka membuat keputusan sendiri, mereka percaya kepada daya pikir mereka, dan mereka mempunyai pendapat sendiri.
3.      Pantang menyerah, orang-orang kreatif tidak mudah menyerah bila gagal. Mereka tetap berisaha dan selalu mencoba lagi.
4.      Mampu berkomunikasi dengan baik, orang-orang kreatif pada umumnya juga komunikator-komunikator yang baik, mendalam, jelas, dan bagus. Karena untuk mewujudkan impian, mereka harus menjelaskan perkara dan menyakinkan orang.
5.      Lebih tertarik pada konsep daripada segi-segi yang kecil
6.      Keingintahuan.
7.      Kaya humor dan fantasi. Mereka mampu mendapatkan dunia yang lebih luas dan penuh dengan berbagai unsur menarik. Hal ini mendorong mereka makin terjun dalam kegiatan-kegiatan kreatif dan ada saja yang dicipta.
8.      Tidak segra menolak ide atau gagasan baru.
9.      Arah hidup yang mantap. Orang-orang kreatif kebanyakan menampkan diri dalam diri mereka sikap terlibat dalam sesuatu, yakin akan tujuan dan arti hidup mereka. Motivasi batin semacam itu dapat menjadi daya hebat untuk untuk membuat kemajuan.
c.       Ciri-ciri sampingan: tidak langsung berhubungan dengan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempengaruhi perilaku orang-orang kreatif. Ciri-ciri ini tidak berhubungan dengan ciri-ciri orang kreatif tetapi ciri-ciri ini merupakan akibat dari kekuatan kepribadian orang-orang kreatif dan situasi batin yang diakibatkan oleh kreativitas. Ciri-ciri ini meliputi,
1.      Tidak mengambil pusing apa yang dipikirkan orang lain. orang-orang kratif berpikir sendiri dan mereka tidak mengambil pusing mengenai apa yang dipikirakan orang lain. akibatnya mereka tidak peka terhadap perasaan orang-orang sekitar.
2.      Kekacauan psikologis. Karena selalu berpikir yang tidak lazim dapat membawa mereka ketengah kekacauan psikolgis dan dapat mengakibatkan keberantakan hidup.

E.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda. Potensi ini perlu dipupuk sejak dini agar dapat diwujudkan. Untuk itu perlu kekuatan-kekuatan pendorong, baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri. Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk daya kreatif individu, dalam hal ini mencakup baik lingkungan dalam arti sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat, kebudayaan). Timbul dan tumbuhnya kreatifitas dan selanjutnya berkembangnya suatu kreasi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja (Selo Soemardjan 1983). Tetapi ini tidak cukup , masyarakat dapat menyediakan berbagai kemudahan, sarana, dan prasarana untuk menumbuhkan daya cipta anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu sendiri, sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk diri secara kreatif, suatu pengikatan yang melibatkan diri dalam suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan interaktif, yang mungkin memerlukan waktu lama. Hal ini menyangkut motivasi internal.
Faktor yang mempengaruhi kreatifitas yaitu :
  1. Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis dan demokratis mendorong anak untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan dan hambatan.
  1. Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Suasana, kondisi sekolah sangat menentukan kreatifitas berkembang.
  1. Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat bersifat heterogen dan kultur yang berbeda, lingkungan yang tidak kondusif mengakibatkan anak tidak berkembang kreatifitasnya.
Faktor lain yang mendorong kreatifitas adalah:
  1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kreatifitas. Anak laki-laki cenderung lebih besar kreatifitasnya daripada anak perempuan, terutama setelah masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki dituntut untuk lebih mandiri, sehingga anak laki-laki biasanya lebih berani mengambil resiko disbanding anak perempuan.
  1. Urutan kelahiran
Anak sulung, anak tengah dan anak bungsu akan berbeda tingkat kreatifitasnya. anak yang lahir ditengah, belakang, dan anak tunggal cenderung lebih kreatif daripada anak yang lahir pertama. Hal ini terjadi karena biasanya anak sulung lebih ditekan untuk lebih menyesuaikan diri oleh orangtua sehingga anak lebih penurut dan kreatifitasnya mati.
  1. Intelegensi
Anak yang intelegensinya tinggi pada setiap tahapan perkembangan cenderung menunjukan tingkah kreatifitas yang tinggi dibandingkan anak yang intelegensinya rendah. Anak yang pandai lebih banyak mempunyai gagasan baru untuk menyelesaikan konflik social dan mampu merumuskan penyelesaian konflik tersebut.
  1. Tingkat pendidikan orangtua
Anak yang orangtuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih kreatif dibandingkan pendidikannya rendah. Hal ini disebabkan karena banyaknya prasarana serta tingginya dorongan dari orangtua sehingga memupuk anak-anak untuk menampilkan daya inisiatif dan kreatifitas dan kreatifitasnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas tumbuh dan berkembang karena faktor internal dan faktor eksternal.
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreatifitas ke dalam dua kelompok yaitu :
1.         Faktor yang mendukung perkembangan kreatifitas adalah sebagai berikut :
a.    Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan
b.    Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan
c.    Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
d.   Situasi yang mendorong tanggungjawab dan kemandirian
e.    Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan mengomunikasikan.
f.     kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreatifitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
g.    Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreatifitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian)
h.    Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan, sekolah, dan motivasi diri.
2.        Faktor  Penghambat Berkembangnya Kreatifitas adalah sebagai berikut:
a.    Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung resiko, dan upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui
b.    Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial
c.    Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan
d.   Stereotip peran seks
e.    Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
f.     Otoritarianisme
g.    Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan



F.      Teknik-Teknik Kreativitas

Tugas perkembangan anak yang mendukung kreatifitas adalah bahwa anak harus mampu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru, anak diharapkan jika berlatih dan mengembangkan ketrampilan baru sesuai dengan tuntutan hidup. Sebaliknya anak yang tidak mampu mengembangkan kreatifitas atau ketrampilan akan menunjukan sikap mudah putus asa, merasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut memperlihatkan usaha-usahanya.
Seorang anak yang mampu memperhatikan kreatifitasnya akan mencapai masa produktif dan mempunyai peluang yang baik untuk mengembangkan diri lebih jauh yang disertai keterlibatan yang terus-menerus dalam kegiatan kreatif disegala bidang. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreatifitas mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan manusia. Karena anak yang dapat menyalurkan kreatifitasnya akan mempunyai makna pada tahap perkembangannya.
Teknik-teknik menumbuhkan kreatifitas yaitu:
A. Teknik kreatif tingkat I
1.      Memberikan pemanasan (warming up)
Pemanasan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2.      Sumbang saran
Osborn pendiri dari Creative Education Foundation, dalam bukunya Applied Imagination menentukan empat aturan dasar untuk sidang sumbang saran yaitu :
a.   Kritik tidak dibenarkan atau ditangguhkan
b.  Kebebasan dalam memberikan gagasan
c.   Gagasan sebanyak mungkin
d.  Kombinasi dan peningkatan gagasan
3.      Pertanyaan yang memicu gagasan
Teknik ini juga disebut daftar periksa atau checklist dikembangkan oleh Alex Osborn dengan tujuan meningkatkan gagasan. Pertanyaan-pertanyaan Osborn yang berupa “kata kerja manipulatif” membantu seseorang dalam mengembangkan gagasan kreatif dengan melihat hubungan-hubungan baru.
B. Teknik Kreatif Tingkat II
1.      Synectics
Teknik synectics dikembangkan oleh William J.J Gordon dan merupakan teknik berpikir kreatif yang menggunakan analogi dan metafor untuk membantu pemikir menganalisis masalah dan mengembangkan berbagai sudut tinjau (Feldhusen & Treffinger,1980).
2.      Futuristic
Yaitu mengajar dengan pandangan masa depan amat penting agar siswa kelak dapat menggunakan kemampuan mereka untuk membantu menciptakan masa depan. Siswa perlu dibantu dalam mengaitkan perubahan yang akan terjadi di dunia dengan perubahan mereka sendiri.

G.    Kendala dalam pengembangan kreativitas

Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya, seseorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala, atau rintangan.
a.       Sumber Kendala
Shallcross (1985) mengolongkan kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke dalam:
1.      Kendala historis
Ditinjau secara historis ada kurun waktu tertentu yang merupakan puncak kejayaan kreativitas dan sebaliknya pula ada kurun waktu tertentu yang tidak menunjang bahkan menghambat pengembangan kreativitas perorang maupun kelompok.
2.      Kendala biologis
Beberapa pakar menekankan bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri herediter, sementara pakar lainnya percaya bahwa lingkungan menjadi faktor penentu utama.
3.      Kendala fisiologis
Seseorang yang mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan maupun mereka yang memiliki keterbatasan fisik dapat menghambat untuk mengungkapkan kreativitasnya.
4.      Kendala sosiologis
Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan kita dalam pengembangan kreatif. Bila tidak diarahkan dan didukung maka hasilnya tidak akan baik.
5.      Kendala psikologis
Hal ini dikarenakan hampir semua orang telah membentuk persepsi diri bahwa diri mereka tidaklah kreatif. Keyakinan sepert ini yang membuat mereka susah dan tidak berkembang dari segi kreativitas.
b.      Kendala dalam mengembangkan kreativitas anak, meliputi empat “pembunuh kreativitas anak” yaitu:
1.      Evaluasi
Rogers (dalam Vernon, 1982) menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif adalah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi dapat mengurangi kreativitas anak.
2.      Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
3.      Persaingan (kompetisi)
Kompetisi lebih komplek daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreatvitas.
4.      Lingkungan yang membatasi
Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dna hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarina, dan pada ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat. Pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilngkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya untuk sementara. Padahal sewaktu baru berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak.
c.       Kendala dari lingkungan, meliputi lingkungan yang tidak sehat dalam pergaulan dan lingkungan yang tidak mendukung anak untuk berkreasi dalam kesehariannya.
d.      Kendala dari rumah, meliputi
1.      Orang tua yang tidak mendukung kemampuan anak.
2.      Keinginan orang tua untuk melihat anaknya berprestasi sehingga mereka mendorong anak dalam bidang-bidang yang tidak diminatinya.
3.      Keluarga tidak menggunakan secara tepat empat “pembunuh kreativitas anak” yaitu evaluasi, hadiah, kompetensi, dan pilihan atau lingkungan yang terbatas (Amabile, 1989).
e.       Kendala dari sekolah, meliputi
1.      Sikap guru
Dalam suatu studi, tingkat motivasi diri siswa rendah, jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru memberikan lebih banyak otonomi.
2.      Belajar dengan hafalan mekanis menghambat kreativitas.
3.      Kegagalan
Semua siswa pasti pernah mengalami kegagalan dalam pendidikan mereka, tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak yang nyata terhadapa motivasi diri dan kreativitas.
4.      Tekanan akan konformitas dari guru
5.      Sistem sekolah yang membatasi anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

H.    Aplikasi penerapan sistem kreatifitas belajar di sekolah

Faktor penting dalam meningkatkan kreatifitas disekolah adalah guru. Banyak sekali hal yang dapat dilakukan guru disekolah untuk merangsang dan meningkatkan daya fikir  siswa, sikap dan prilaku kreatif siswa, melalui kegiatan didalam atau diluar kelas. Potensi kreatif siswa di sekolah dapat ditingkatkan dengan cara mengusahakan iklim di kelas yang dapat mengunggah kreatifitas siswa. Selanjutnya guru harus menghargai keunikan pribadi dan potensi setiap siswa dan tidak perlu selalu menuntut dilakukannya pada hal-hal yang sama. Pada waktu tertentu siswa diberi kebebasan untuk melakukan sesuatu yang disenangi oleh siswa.
Dalam kegiatan belajar, proses berfikir kreatif dan pemecahan masalah secara kreatif dirangsang dengan mengajukan pertanyaan, untuk menemukan masalah sendiri, untuk menggunakan imajinasinya dalam mengemukakan macam-macam gagasan atau kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam hal ini guru lebih banyak memberi umpan balik dan meminta siswa untuk menilai sendiri produk-produk kreatifitasnya.
Dalam melaksanakan pengajaran kreatif, guru harus kreatif dan memiliki semangat petualang ( Torrance, 1967). Hal ini berarti bahwa cara guru mengajar seharusnya bervariasi, dengan untuk mencoba sesuatu yang baru, tidak kaku dalam melaksanakan kurikulum atau aturan-aturan yang ada serta bersikap hangat kepada siswa. Guru dalam mengajar hendaknya menciptakan lingkungan yang merangsang belajar kreatif, terampil mengajukan dan mengundang pertanyaan, dan dapat memadukan perkembangan kognitif dan afektif.
Munandar (1987) Memberikan saran agar guru dapat mengajar secara kreatif. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Guru menghargai kreatifitas siswa
b.      Guru bersikap terbuka terhadap gagasan
c.       Guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual
d.      Guru bersikap menerima dan menunjang anak
e.       Guru menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensiasi
f.       Guru cukup memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa ragu
g.      Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan kelompok
h.      Guru tidak bersikap sebagai tokoh yang maha mengetahui tetapi menyadari keterbatasan sendiri



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang sebelumnya. Kreativitas dapat ditinjau dari berbagai macam teori yaitu teori psikoanalisa, teori humanistik dan teori Cziksentmihalyi. Dalam kreativitas ada empat macam tahapan yang harus dijalani yaitu tahapan persiapan, tahapan inkubasi, tahapan pencerahan, dan tahapan pelaksanaan atau pembuktian. Orang-orang yang memiliki kreativitas tentu memiliki ciri-ciri khusus seperti kemampuan bekerja keras, berpikir mandiri, pantang menyerah dan masih banyak lagi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi daya kreativitas seseorang baik dari dalam maupun dari luar. Untuk mengembangkan kreativitas aa teknik-teknik tertentu yang harus dilakukan. Dalam mengembangkan kreativitas tentu saja ada kendala-kendala yang dapat membuat kreativitas seseorang dapat terhambat. Untuk itu kita perlu mengenali hal-hal tersebut sehingga kita dapat mengantisipasi agar kreativitas kita tidak terhambat.



DAFTAR PUSTAKA


Andrianto, Tuhana Tufiq. 2013. Cara Cerdas Melejitkan IQ Kreatif Anak. Jogjakarta: Kata Hati

Campbell, David. Tanpa Tahun. Mengembangkan Kreativitas. Disadur oleh A. M. Mangunhardjana, 1986. Kanisius: Yogyakarta.



Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta