Jumat, 27 November 2015

Makalah SOSIOMETRI



BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan kita sebagai calon seorang guru dituntut untuk mempunyai pengetahuan, kreatifitas serta wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya yang meliputi psikologi, kemampuan, kelemahan, dan kelebihan yang dimiliki oleh anak didik. Untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik dapat dilakukan melalui tes dan juga non tes.
Jenis tes yang digunakan ada bermacam-macam yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya sendiri. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam menangkap dan memahami mata pelajaran yang telah di sampaikan oleh sang guru. Sedangkan untuk menilai pola perilaku individu dari peserta didik dapat dilakukan dengan teknik sosiometri. Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial dan tingkah laku sosial peserta didik, karena melalui sosiometri kita memperoleh data tentang susunan hubungan antar individu, struktur hubungan antar individu dan arah hubungan sosial.
Sosiometri mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Bimbingan dan Konseling. Sosiometri bermanfaat untuk merencanakan program yang kontruktif  untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian dalam lingkungan pergaulan di sekolah. Sosiometri juga bermanfaat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah penyesuaian diri dalam kelompok. Di setiap lingkungan pergaulan atau kelompok selalu ada seorang (pihak) yang terkucil. Entah itu karena dia menarik diri dari pergaulan dikelompoknya atau dia dikucilkan oleh teman-temannya. Untuk itu dengan sosiometri, guru dapat melihat siswa-siswa yang terkucil di kelas tertentu. teknik ini biasanya diterapkan oleh guru BK ( Bimbingan Konseling).

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian dari sosiometri?
b.      Apa tujuan dari teknik soiometri?
c.       Apa saja jenis-jenis pengukuran sosiometri?
d.      Bagaimanakah syarat pengoperasian sosiometri?
e.       Apa saja bentuk hubungan sosiometri?
f.       Apa saja macam/jenis angket sosiometri?
g.      Bagaimana langkah penyusunan angket sosiometri?
h.      Bagaimanakah langkah pengadministrasiannya?
i.        Bagaimana langkah pengolahan dan analisis?
j.        Apa kelebihan dan kekurangan dari sosiometri?
k.      Bgaimanakah peran dan fungsi konselor?

C.     Tujuan
a.       Mengetahui pengertian dari sosiometri
b.      Mengetahui teknik dari sosiometri
c.       Mengetahui jenis jenis pengukuran sosiometri
d.      Mengetahui syarat pengoperasian sosiometri
e.       Mengetahui bentuk hubungan sosiometri
f.       Mengetahui macam/jenis angket sosiometri
g.      Mengetahui langkah penyususnan angket sosiometri
h.      Mengetahui langkah pengadministrasian
i.        Mengetahui langkah pengolahan dan analisis
j.        Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari angket sosiometri
k.      Mengetahui peran dan fungsi konselor



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sosiometri

Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola struktur hubungan antara hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh Moreno dan Jenning. Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa kelompok mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks.
Yang diselidiki melalui metode ini adalah status sosial masing-masing anggota kelompok menurut pandangna pribadi anggota yang lain dalam kelompok. Status sosial itu tercermin dalam diterima atau tidak diterima oleh angota-anggota kelompok.  Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang terjadi dalam struktur kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil pengolahan sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh setiap orang, pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya.

B.     Tujuan Teknik Sosiometri

Tujuaan dari teknik sosiometri adalah:
1.      Mengassesment hubungan interpersonal; menggali data tentang pola hubungan antar pribadi yang mengindikasikan kulaitas tertentu.
2.      Mendeteksi perilaku sosial yang ‘incongruen’, sehingga kesehatan mental individu dapat diindentifikasi. Termasuk dapat pula dipakai sebagai salah satu sumber diagnosa kesulitan belajar dan berbagai macam persoalan lain.

C.     Jenis-jenis Pengukuran Sosiometri

Dalam sosiometri terdapat 2 jenis pengukuran sosiometri, yaitu:
1.      Kriteria Khusus,
yaitu mengukur sikap dan perasaan terhadap anggota lain dalam kelompok dalam situasi tertentu. Misalnya: teman yang diinginkan sebagai partner diskusi; teman yang diinginkan saat berekreasi.
2.      Kuisioner,
yaitu mengukur sikap dan perasaan terhadap anggota lain tetapi bukan dalam situasi khusus. Ohio Social Acceotable Scale adalah contoh kuisioner sosiometri dalam segala situasi dengan 6 tingkat penerimaan, yaitu:
a)      Sahabat yang baik (very, very best friend)
b)      Teman biasa (my other friend)
c)      Bukan teman tetapi masih berhubungan baik (not friend, but ok)
d)     Saya tidak kenal mereka (i don’t know them)
e)      Saya tidak memperdulikan mereka (i don’t care for them)
f)       Tidak saya sukai (i hate them)

D.    Syarat Pengoperasian Sosiometri

Syarat untuk melakukan metode sosiometri adalah:
1.      Setiap anggota kelompok harus memahami situasi kriterium/aktivitas khusus yang dijadikan ‘tema’ pengukuran sosiometrik. Untuk membantu pemahaman semua anggota kelompok, pertanyaan sosiometrik harus jelas dan aplikable, sehingga anggota dapat benar-benar terlibat dalam pengukuran kualitas kelompok dengan teknik sosiometri. Pengukuran ini memakai kriterium (aktivitas kelompok) yang jelas dan familiar bagi anggota kelompok.
2.      Anggota kelompok harus sudah saling mengenal sehingga dapat merefleksikan sikap dan perasaan tertentu yang selama ini cenderung dialami terhadap anggota kelompok. Semakin lama individu yang diukur dengan sosiometri memiliki pengalaman berinteraksi dalam kelompok, hasil pengukuran dengan sosiometri semakin bermakna (berkualitas).
3.      Semakin dewasa usia individu yang diukur dengan sosiometri hasilnya akan cenderung semakin reliable (konsisten) dan valid (sesuai kriteria) sebab semakin dewasa kecenderungan preferensi individu terhadap sesuatu semakin menetap.
4.      Anonim: yaitu hasil pilihan setiap orang tidak boleh diketahui oleh anggota kelompok yang lain untuk menjaga kondisi psikologis anggota kelompok. Jika individu tahu bahwa ia adalah orang yang terisolir atau bahkan ditolak di kelompok, akan menimbulkan dampak psikolgis yang buruk.

E.     Bentuk Hubungan dalam Sosiometri

Berdasarkan hasil sosiogram dapat diperoleh beberapa bentuk hubungan, yaitu:
a.       Hubungan sosial segitiga,
menggambarkan intensitas hubungan tiga orang individu yang cukup kuat atau intim.
b.      Hubungan sosial terpusat,
menggambarkan tingkat popularitas seorang individu dalam kelompoknya.
c.       Hubungan sosial intim,
menggambarkan hubunga beberapa orang yang saling memilh satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan yang kuat.
d.      Hubungan sosial berbentuk jala,
menggambarkan pola relasi yang bersifat menyeluruh di mana setiap anggota saling saling berelasi. Bentuk hubungan ini memiliki intensitas yang kuat, seluruh kelompok sebagai satu kesatuan yang sukar untuk dipisahkan dan ketidakhadiran seseorang dalam kelompok tidak akan menyebabkan perpecahan atau kerapuhan suatu kelompok.
e.       Hubungan berbentuk rantai,
menggambarkan pola hubungan searah atau sepihak dan tidak menyeluruh. Intensits hubungan rendah, sehingga relasi kelompok mudah rapuh.


F.       Macam/Jenis Angket Sosiometri

1.      Nominatif
Pada tipe ini kepada setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa-siapa kawan yang disenangi/tidak disenangi untuk diajak melakukan suatu aktivitas tertentu. Pilihan harus ditulis berurutan dari pilihan pertama (paling disenangi), pilihan kedua, ketiga,dst. Pilihan pertama diberi skor 3, kedua diberi skor 2, ketiga diberi skor 1.
Hasil pengukuran angket sosiometri nominatif diperoleh data sebagai berikut:
a.       Luas tidaknya hubungan sosial seseorang berdasarkan sedikit banyaknya mendapat pilihan dari teman-temannya.
b.      Intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor urutan pilihan yang ditujukan padanya.
c.       Struktur hubungan yang terjadi dalam kelompok (sosiogram)
d.      Status hubungan (analisis indeks) pemilihan, penolakan, atau status pemilihan dan penolakan.

2.      Skala bertingkat
Pada tipe skala bertingkat, disediakan sejumlah pernyataan yang disusun bertingkat, dari pernyataan yang menyatakan hubungan paling dekat, sampai hubungan paling jauh. Pada setiap pernyataan, individu diminta menuliskan nama salah seorang teman nya sesuai jarak hubungannya. Pilihan pertama diberi skor 2, kedua skor 1, ketiga skor 0, keempat skor -1, kelima skor -2. Hasilnya diperoleh gambaran status hubungan sosial setiap individu.

3.      Siapa Dia
Tipe sosiometri siapa dia, disediakan pernyataan tentang sifat-sifat individu. Sebagai pernyataan mengungkapkan sifat positif dan sebagian negatif. Setiap anggota diminta memilih kawannya yang memiliki sifat yang cocok dengan pernyataan tersebut. Setiap individu dapat memilih lebih dari satu orang. Pilhan item (+) mendapat skor 1, item (-) mendapat skor -1.

G.    Langkah Penyusunan Angket Sosiometri

Sebelum melaksanakan proses asesmen pada pelaksanaan bimbingan dan konseling, guru pembimbing perlu mempersiapkan dahulu alat asesmen yang akan digunakan. Pada penggunaan angket sosiometri, guru pembimbing perlu menyusun angket sosiometri sendiri dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1.       Menetapkan tujuan penggunaan angket sosiometri merupakan langkah awal yang penting dilakukan guru pembimbing agar dapat menetapkan tipe angket sosiometri yang apa tepat dan sesuai dengan tujuan yang di tetapkan. Bila tujuannya untuk menetapkan pemilihan anggota kelompok berdasarkan kedekatan maka pembimbing menggunakan tipe angket sosiometri skala bertingkat. Bila peserta didik menetapkan pemilihan anggota kelompok berdasarkan tingkat nominasinya maka guru pembimbing menggunakan tipe angket sosiometri nominatif. Akan tetapi bila meminta anggota kelompok untuk mengenali karakteristik pribadi atau sifat anggota kelompok maka guru pembimbing menggunakan angket sosiometri tipe siapa dia.
2.      Menyusun angket sosiometri sesuai dengan pilihan tipe yang ditetapkan sesuai tujuan pelaksanaan asesmen. Hal penting dalam menyusun angket adalah merumuskan pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Apabila memilih angket soiometri nominatif, maka guru pembimbing menetapkan pernyataan sesuai dengan data apa yang akan dikumpulkan dari peserta didik. Apabila memilih angket sosiometri skala bertingkat, maka guru pembimbing menetapkan pernyataan dengan memperhatikan tingkatan pendekatan hubungan yang ingin diketahui dari peserta didik di dalam kelompoknya. Sedangkan bila menggunakan angket sosiometri siapa dia, maka guru pembimbing harus secara hati-hati menetapkan karakteristik pribadi atau sifat-sifat yang ingin diketahui dari peserta didik dikelasnya. Sebaiknya ditetapkan karakteristik atau sifat-sifat pribadi yang positif sehingga peserta didik belajar untuk memandang orang lain secara positif dan mampu mengenali kekuatan yang dimiliki setiap anggota kelompok dikelasnya. Sedangkan konselor dengan mengenali berbagai potensi positf yang dimiliki peserta didik, akan mendorong sikap optimis dalam merencanakan dan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

H.    Langkah Pengadministrasian

Tahapan yang harus dilakukan dalam pengadministrasian penggunaan angket sosiometri pada peserta didik memiliki beberapa tahapan yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1.    Persiapan
a.    Menetapkan kelompok peserta didik yang akan diukur
b.    Mempersiapkan angket sosiometri sesuai tujuan
c.    Membuat satuan layanan asesmen
2.    Pelaksanaan
a.    Memberikan verbal seting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data)
b.    Membagikan angket sosiometri
c.    Menjelaskan cara mengerjakannya
d.   Memeriksa apakah sudah benar mengisinya
e.    Mengumpulkan kembali angket setelah selesai diisi
3.    Pengolahan dan Analisis Hasil
a.    Memeriksa kelengkapan hasil angket
b.    Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh setiap individu
c.    Membuat sosiogram berdasarkan hasil tabulasi skor
d.   Menghitung indeks pemilihan
e.    Membuat analais hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perolahan skor individu.

I.       Langkah Pengolahan dan Analisis

1.      Memeriksa kelengkapan hasil angket
Konselor melakukan pengecekan pada angket yang telah diisi peserta didik untuk melihat kelengkapan data pribadi dan kelngkpan jawaban yang dibuat peserta didik, sehingga datany memiliki kelayakanuntuk dioleh dan dianalisis.
2.      Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh
Kriteria penetapan skor sangat ditentukan oleh jenis sosiometri yang digunakan (tipe normatif, bertingkat,dan tipe siapa dia). Setelah diberi skor, konselor membuat tabulasinya, sehingga dapat mudah terlihat berapa besar jumlah skor yang diperoleh setiap peserta didik.
3.      Membuat sosiogram
Sosiogram dibuat berdasarkan hasil tabulasi yang dibuat berdasarkan urutan pemilihan setiap anggota kelompok kepada anggota lainnyadalam kelompok tersebut. Sosiogram dibuat untuk mempermudah melihat arah hubungan, intensitas hubungan, bentuk hubungan, dan posisi peserta dalam kelompoknya apakah popular atau terisolir..
4.      Melakukan analisis hasil sosiogram
a.       Membuat analisis hubungan sosial dari hasil sosigram dan perolehan skor individu. Berdasarkan contoh tabulasi dan sosiogram yang disajikan, bentuk hubunga yang terjadi adalah sebagai berikut:
Segitiga                       E – F – D – E
Terpusat                       A, B, E, D        F
Intim                            E – F – D; A – C ; A – E saling memilih (panah bolak balik)
Jala                               Semua saling memilih (tidak ada)
Rantai                          C – A – F – D
Populer                        F
Terisolas                       B

b.      Mengitung indeks pemilihan
Indeks pemilihan merupakan suatu angka yang menunjukkan tinggi rendahnya pemilihan terhadap diri seseorang di dalam interaksi kelompoknya. Populer dan terisolirnya sesorang dalam kelompokya dapat diketahui dari besar kecilnya status pemilihan. Sedangkan penolakan seseorang di dalam kelompoknya dapat dilihat dari besar kecilnya indeks penolakan.
Penghitungan status pemilihan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
                 Keterangan :
                 N    = Jumlah anggota dalam kelompok
                 = Indeks status pemilih subjek ke-n
                 Indeks             Pm = 0 berarti tidak ada yang memilih (terisolasi)
                 Indeks Pm = 1 berarti semua anggota memilih (populer)
                 Indeks pemilihan bergerak dari 0 sampai 1

          Penghitungan status penolakan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
                                                                     

                 Keterangan :
                 N    = Jumlah anggota dalam kelompok
                 = Indeks status penolakan subjek ke-n
                 Indeks             Pm = 0 berarti tidak ada yang menolak (populer)
                 Indeks Pm = 1 berarti semua anggota memilih (terisolasi)
                 Indeks penolakan bergerak dari -1 sampai 0

        Penghitungan status pemilihan dan penolakan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
                                                    
                 Keterangan :
                 N            = Jumlah anggota dalam kelompok
                  =Indeks status pemilih dan penolakan subjek ke-n
                 Indeks             Pm Pn = +1 berarti semua memilih (populer)
                 Indeks Pm = 1 berarti semua anggota menolak (terisolasi)
                 Indeks penolakan bergerak dari -1 sampai +1

c.       Menginterpretasi hasil sosiometri
Setelah data pada angket sosiometri ditabulasi, kemudian disajikan dalam bentuk sosiogram. Hal-hal yang dapat ditemukan dalam sosiogram:
·         Apakah terdapat banyak pilihan searah atau dua arah (saling memilih)
·         Apakah terdapat banyak pilihan antara peserta didik ataukah hanya sedikit.
·         Apakah ada kelompok yang cenderung bersifat tertutup karena banyak terdapat saling memilih sebagai pilihan pertama dan kedua (klik).
·         Apakah ada peserta didik yang tidak mendapat pilihan sama sekali (terisolir) atau hanya sedikit pilihan, apalagi pilihan ketiga saja (terabaikan).
·         Apakah ada peserta didik yang mendapat banyak pilihan, apalagi sebagai pilihan pertama. Subjek ini dapat dianggap populer dalam kelompoknya, tetapi hanya dalam rangka kegiatan yang menjadi kriterium.

J.       Kelebihan dan Kekurangan Sosiometri
a.       Kelebihan dari sosiometri adalah
-          Konselor memiliki peluang untuk memahami bentuk hubungan sosial yang terjadi antara peserta didik yang dibimbingnya, dengan melihat bagaimana frekuensi hubungan yang terjadi, bagaimana intensitas atau kedalaman hubungan yang terjadi, bagaimana posisi popularitas peserta didik dalam kelompoknya, maupun bagaimana posisi peserta didik yang terisolasi.
-          Informasi tentang fungsi individu dalam kelompok yang dihasilkan oleh sosiometri objektif sebab bersumber dari banyak individu.
-          Dengan memanfaatkan hasil sosiometri, konselor memiliki peluang untuk melakukan beberapa proses bimbingan untuk memperbaiki hubungan peserta didik dalam kelompoknya antara lain :
a.  Memperbaiki struktur hubungan sosial kelompok
b.  Memperbaiki penyesuaian sosial individu
c.  Mempelajari akibat proses pendidikan disekolah terhadap hubungan sosial peserta didik.
d. Mempelajari mutu kepemimpinan dala berbagai situasi
e.  Menemukan norma pergaulan antara peserta didik yang diinginkan dalam kelompok.
b.      Kekurangan dari sosiometri adalah
-          Hanya dapat diterapkan pada kelompok peserta didik yang sudah saling mengenal dalam waktu yang cukup lama.
-          Akurasi data penggunaan sosiometri yang sesuai tujuan sangat ditentukan oleh kemampuan guru pembimbing dalam menyusun angket sosiometri.
-          Peserta didik tidak mudah untuk menetapkan pilihan teman, menetapkan intensitas hubungan yang selama ini terjadi, maupun saat menetapkan kriteria pribadi/sifat-sifat anggota kelompok dikelasnya. Mengingat peserta didik umumnya cenderung memilih anggota kelompok bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa mereka berhasil dalam melakukan kegiatan dlm kelompok, melainkan lebih didasarkanpada pertimbangan rasa simpati dan rasa antipati

K.    Peran dan Fungsi Konselor

Pada proses asesmen menggunakan sosiometri, konselor memiliki peran dan fungsi sebagai :
a.       Perencana, yaitu mulai dari menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, pembuatan angket sosiometri, menetapkan peserta didik sebagai sasaran asesmen, dan membuat suatu layanan asesmen sosiometri.
b.      Pelaksana, yaitu memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan,manfaat,dan kerahasiaan data), memandu peserta didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh peserta didik mengisinya dengan benar.
c.       Melakukan pengolahan mulai dari membuat tabulasi, sosiogram, mengitung indeks pemilihan, hingga melakukan analisis hasil.
d.      Melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.





BAB III
KESIMPULAN


A.    Kesimpulan

1.      Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok.
2.      Penggunaan angket sosiometri akan membantu guru pembimbing utuk memperoleh data yang menggambarkan pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya
3.      Sosiometri memiliki tiga tipe angket yang memiliki masing-masing tujuan dan fungsi yang berbeda, antara lain tipe nominatif, tipe skala bartingkat, dan tipe siaa dia.
4.      Pada penggunaan sosiometri setiap guru pembimbing harus mengikuti beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, serta pengolahan dan analisis hasil sosiometri.


















DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, Gantina dkk. 2011. Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta : PT Indeks.
Santoadi, Fajar. 2009. Silabus Asesmen dan Pemahaman Individu.
Winkel, W.S & Hastuti, Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.





















LAMPIRAN

·         Bentuk Hubungan Sosiometri
a.       Hubungan sosial segitiga


A
C
B
 





                                     Sosiogram bentuk segitiga.
b. hubungan sosial terpusat                                                                 
A


 







Sosiogram terpusat







c.     hubungan sosial intim,
C
E
A
B
D
 









                                                                                                       
          Sosiogram saling memilih
d.   Hubungan saling berbentuk jala
A
D
B
C
E
 








             Sosiogram bentuk jala
e.     Hubungan berbentuk rantai
A
A
A
A
A
 
                                                                                                                                         

                                                      sosiogram bentuk rantai
·         Macam/Jenis Angket Sosiometri
            1. Nominatif
SEKOLAH MENENGAH TINGKAT ATAS
Nama Peserta Didik    :
Kelas                           :
Situasi                         :
Tempat                        :

1.      Untuk kegiatan belajar kelompok saya akan memilih:
a.       .................................... Karena ........................................
b.      .................................... Karena ........................................
c.       .................................... Karena ........................................

2.      Teman yang paling tepat untuk menjadi ketua kelas adalah:
a.       .................................... Karena ........................................
b.      .................................... Karena ........................................
c.       .................................... Karena ........................................
3.      Teman yang paling dipercaya untuk berbagi masalah adalah:
a.       .................................... Karena ........................................
b.      .................................... Karena ........................................
c.       .................................... Karena ........................................



Jakarta, .............................2009
            Pewawancara


            (                       )



2. Skala Bertingkat
Contoh pertanyaan :
·         Saya sangat senang bersamadan saling membantu dengan .......
·         Saya menyenangi kerja sama dan bercakap-cakap dengan .....
·         Saya dapat bergaul dan bersama dalam kegiatan sekolah dengan ....
·         Saya tidak begitu akrab dengan ....
·         Saya tidak senang dengan ....

3.Siapa Dia
contoh pertanyaan :
·         Teman yang hampir tdakpernah marah adalah ......
·         Teman yang sering murung adalah .....
·         Teman yang dapat bekerja sama adalah .....
·         Teman  yang periang adalah .....
·         Teman yang angkuh adalah ....
·         Teman ynag dapat dipercaya berbagi masalah adalah ....
·         Teman yang mudah bergaul adalah ....























·         Langkah Pengolahan dan analisis



Dipilih
Ani (A)
Budi (B)
Cici (C)
Dedi (D)
Eki (E)
Fani (F)
Memilih






A


B

C
A
B





A
C
A
B

C


D

B


A
C
E
B


C

A
F

B

A
C

Total
5
6
2
5
5
10
A
F
C
B
E
D
 

TES KECERDASAN CFIT SKALA 3



RANGKUMAN HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS
TES KECERDASAN

1.   Tes CFIT SKALA 3
a.     Deskripsi Tes CFIT Skala 3
 i.     Landasan Teori
A.    Sejarah CFIT
Tes CFIT pertama kali di buat oleh Cattel pada tahun 1920an. Tes tersebut dianggap menjadi ukuran “g” (measure of “g”). Tes ini mengalami beberaparevisi dan penelitian. Revisi dan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validasites ini. Pada tahun 1949 skala Cultur Fair mengalami revisi dan sampai sekarang hasilnya tetap dipakai. Tujuan utama rancangan dan susunan tes ini adalah : 
1.      Menciptakan instrumen yang secara psikomteria sehat, berdasarkan teori yangkomperehensif, dengan validitas dan rellabilitas semaksimal mungkin.
2.      Memperkecil pengaruh budaya-budaya dan kondisi masyarakat yang tidak relevan.Tetapi tetap mempergunakan atau mempertahankan kegunaan prediktif untuk berbagai tingkah laku konkrit.
3.      Pelaksanaan penyajian dan penyekoran yang sangat mudah dan penggunaan waktutes yang relatif ekonomis.
B.     Teori CFIT
Menurut Cattel (1973), tes kecerdasan CFIT dirancang sedemikian rupa, sehingga pengaruh kelancaran verbal, kondisi budaya, dan tingkat pendidikan terhadap tes di perkecil. Jadi kesimpulannya tes kecerdasan CFIT berusaha menghindari unsur unsur bahasa, kecepatan dan isi yang terkait dengan budaya, Agar kecerdasan umum padaseseorang bisa diketahui tanpa pengaruh unsur-unsur tersebut. Ada 3 skala pada tes CFITini yang di susun dalam Form A dan Form B secara paralel. 3 skala tersebut adalah :
1.      Skala 1 = untuk anak usia 4 - 8 tahun, dan untuk individu yang lebih tua yangmengalami cacat mental
2.      Skala 2 = untuk anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memilikikecerdasan dibawah normal atau rata-rata.
3.      Skala 3 = untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
Tes CFIT dimaksud untuk mengukur “Kemampuan Umum” atau “General Ability” atau “G”  faktor. Menurut teori kemampuan yang dikemukakan oleh Cattel, Tes CFIT adalah mengukur “Fluid Ability” seseorang. “Fluid Ability” adalah kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter. Kemampuan kognitif yang “fluid” inidi dalam perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya yang disebut sebagai “Cristalized Ability”. “Cristalized Ability” seseorang merupakan kemampuan kognitif yang diperoleh di dalam interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Sampai seberapa jauh kemampuan kognitif seseorang adalah tergantung dari berapa jauh keadaan “Fluid Ability”nya dan bagaimana perkembangan dari “Cristalized Ability”.



ii.     Jenis tes
CFIT termasuk dalam jenis tes profiensi  karena tidak tergantung pada satu intervensi secara eksklusif, materinya relatif lebih luas, item-item di susun berdasarkan spsifikasi yang ditentukan. CFIT juga masuk dalam jenis tes individu dan kelompok serta jenis tes speed karena mengukur kecepatan/ketangkasan  dalam mengatasi masalah.

iii.     Jumlah soal
Tes CFIT memiliki soal sebanyak 50 soal yang terdiri dari 4 subtest soal. Dimana subtest pertama memiliki 3 soal sebagai contoh bagaimana pengerjaannya dan 13 soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta. Lalu pada subtest yang kedua terdapat 3 soal sebagai contoh dan 14 soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta. Untuk subtest ketiga terdapat 3 soal untuk contoh dan13 soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta tes. Lalu padasubtest terakhir yaitu subtest ke empat, terdapat 3 soal untuk contoh dan 10 soal tesuntuk dikerjakan sendiri atau tanpa didampingi pengetes.
iv.     Waktu
Waktu pengerjaan Tes CFIT ini adalah:
·         Pada subtest pertama waktu yang diberikan untuk mengerjakan adalah 3 menit, sedangkanuntuk instruksi waktu yang diberikan adalah 5 menit.
·         Pada substest kedua waktu yang diberikan untuk mengerjakan 4 menit, sedangkan untukinstruksi waktu adalah 5 menit.
·         Pada subtest ketiga diberikan waktu3 menit untuk mengerjakan soal, dan 5 menit untuk memberikan instruksi.
·         Pada subtest keempat waktu yang diberikan untuk pengerjaan soal adalah 2,5 menit dan untuk instruksi adalah 5 menit.

v.     Prosedur pengerjaan
ü  Waktu pengerjaan semua subtest 124 menit
ü  Instruksi : mengisi identitas pada lembar kerja, dan mendengarkan petunjuk dari tester, dan tanda waktu berhenti dari tester
ü  Skoring : menjumlahkan semua jawaban yang benar dari ke empat subtest tersebut, lalu dimasukan ke dalam skor mentah atau RS. Pada tabel klasifikasi cocokan RS dengan umur kita lalu lihatlah hasil I.Q. yang tertera pada tabel

vi.     Langkah-langkah dalam scoring dan interpretasi
Ø  Cara pengskoringan tes CFIT
·         Pergunakan Q atau kunci yang sudah tersedia
·         Setiap nomor soal dari masing-masing sub tes yang dikerjakan btul oleh subyek, dinilai = 1
·         Kemudian jumlah jawaban yang dikerjakan betul dari masing-masing sub tes tersebut dijumlahkan seluruhnya
·         Seluruh jumlah jawaban yang betul ini diubah ke dalam skala I.Q.
Ø  Interpretasi skala deviasi I.Q. menurut Stanford-Binet Tes tersebut adalah sebagai berikut.
o   170 ke atas = Genius
o   140-169 = Very Superior
o   120-139 = Superior
o   110-119 = High Avarage
o   90-109 = Avarage
o   80-89 = Low Avarage
o   70-79 = Borderline
o   68-83 = Borderline Mental Retardation
o   52-67 = Mentally Defective
o   36-51 = Mild Mental Retardation
o   20-35 = Modarate Mental Retardation
o   Di bawah 19 = Profound Mental Retardation

b.    Kesan/tanggapan setelah mengerjakan tes
Kesan saya setelah mengerjakan tes ini adalah saya lumayan puas dengan hasil ini karena agak sesuai dengan kecerdasan saya.

c.    Kekuatan dan kelemahan tes
Ø  Kekuatan dari tes CFIT
·         Merupakan alat ukur yang dapat di percaya untuk mengukur kemampuan umum seseorang dalam relatif waktu yang singkat.
·         Pelaksanaan penyajian dan penyekoran yang sangat mudah dan penggunaan waktu tes yang relatif ekonomis.
·         Tes ini melatih kecepatan dan ketepatan dalam pengerjaanya.
·         Tes ini memiliki beragam soal
·         Dapat dipergunakan secara klasikal atau dalam kelompok 20-30 orang
Ø  Kelemahan dari tes CFIT
·         Kurang sebandingnya waktu pengerjaan setiap subtest dengan soal yang cukup sulit

d.   Hasil tes
Nama                      : Maria Titian Moi Lay
Tanggal Lahir         : 05 Agustus 1996
Jenis Kelamin         : Perempuan
Pendidikan             : Mahasiswa
Tanggal Tes            : 10 September 2015
Jumlah soal benar   : 22
Jumlah soal salah    : 28
I.Q. Euqivalent       : 100
Klasifikasi              : Average


RANGKUMAN
  1. Tanggapan saya terhadap tes kecerdasan ini adalah saya cukup puas dengan hasil tes kecerdasan ini. Saya menerima hasil tes ini, karena hasil tes ini memang sudah cukup betul menggambarkan kecerdasan saya. Di bidang eksata saya lumayan bisa dan di bidang non eksata pun saya juga lumayan bisa. Artinya kecerdasan saya berada di daerah seimbang. Walaupun kecerdasan di batas rata-rata saya tetap optimis dengan hasil yang rata-rata itu saya tetap bisa mencapai atau mendapatkan sesuatu dengan maksimal.
2.      Sandungan yang mungkin saya hadapi terkait dengan kecerdasan saya adalah menjadi agak rendah diri bila mengetahui teman yang lain memiliki kecerdasan yang lebih dari saya. Tidak akan terlalu aktif lagi dalam kegiatan di dalam ruang kuliah maupun luar kuliah, karena merasa ada yang lebih bisa dari saya. Jadi saya tdak perlu terlalu berusaha.