BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
manusia pasti memiliki kreativitas baik itu kreativitas dalam bidang seni
ataupun keilmuan. Kreatifitas adalah sebuah kata yang mudah
diucapkan tetapi susah untuk diartikan, bahkan susah untuk dijalankan dalam kehidupan
keseharian bagi yang belum terbiasa dan yang masih terbelenggu dengan pikiran
bahwa kreativitas itu harus menghasilkan ciptaan yang luar biasa hebat. Banyak
orang mengatakan bahwa kreativitas itu suatu cara berfikir untuk keluar dari
masalah hidup keseharian yang melingkupi dan membelitnya. Kreatifitas
berhubungan dengan pola pikir yang dapat menghubungan suatu masalah atau
fenomena dengan unsur-unsur yang lain sehingga menjadi sesuatu yang baru.
Bahkan kreativitas dapat diartikan sebagai pola pikir yang dapat menciptakan
sesuatu yang baru. Dalam belajar kreativitas berperan penting untuk membantu
individu agar semakin maju dalam belajar dan menciptakan inovasi-inovasi baru agar
belajarnya lebih mudah dipahami. Sedangkan dalam pembelajaran kreatif berperan
penting membantu guru dan yang lainnya untuk lebih memahami masalah siswa atau
anak dalam belajar kemudian mengembangkan pembelajaran yang lebih baik dan
kreatif agar anak atau siswa cepat menangkap sesuatu, memahami apa yang
diberikan, mampu memecahkan persoalan, dan akhirnya sendiri dapat menjadi
individu yang sangat kreatif. Dalam prakteknya ternyata untuk menjadi seseorang
yang kreatif sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan adanya faktor penghambat baik
dari dalam diri maupun luar diri. Untuk itu kita perlu mengenali hal tersebut,
sehingga dampak yang menghambat kreativitas dapat diminimalisir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kreativitas
Kreativitas
menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kreatif, yaitu memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Sedangkan, kreativitas sendiri memiliki
arti kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang berbeda
dari yang sebelumnya.
Kreativitas
adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta
menghasilkan pemecahan masalah yang unik (Santrock, 2007).
Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu
kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya :
a. Baru (novel), yang diartikan sebagai
inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
b. Berguna (useful), yang diartikan sebagai lebih
enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik,
memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil
yang baik.
c. Dapat dimengerti (understandable), yang diartikan hasil yang
sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya
peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat
diramalkan dan tak dapat diulangi.
B.
Teori-Teori
Kreativitas
a. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa memandang kreativitas
sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa
anak-anak.Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai
pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang
disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari
trauma.
Adapun tokoh-tokohnya adalah:
·
Sigmund
Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan
upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak
menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme
pertahanan merintangi produktivitas kreatif.Meskipun kebanyakan mekanisme
pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru
merupakan penyebab utama dari kreativitas.
·
Ernest
Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku
sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil
atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
·
Carl
Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting
dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk
oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul
penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang
menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
b. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan
kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Dan
kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima
tahun pertama.
·
Abraham
Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi
nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai
hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.
·
Carl
Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah
keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan
Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’
dengan konsep-konsep.
c. Teori
Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan
tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic
predispotition).Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna
lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
1. Minat pada usia
dini pada ranah tertentu:
Minat
menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga
mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
2. Akses terhadap suatu bidang:
Adanya sarana dan prasarana serta
adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati sangat membantu
pengembangan bakat.
3. Access to a field:
Kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam
bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan
kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang yang diminati
sangat penting untuk mendapatkan pengakuan.
C.
Tahap-Tahap
Kreativitas
Wallas
(1926) dan Haefele (1962) mengemukakan ada empat tahapan dalam proses
kreativitas yang harus dijalani yaitu:
a.
Tahap Persiapan
Otak mengumpulkan informasi dan data
yang berfungsi sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang
terjadi. Caranya dengan wawancara, mencatat data, membaca yang diperlukan atau
kegiatan lain yang berfungsi mengumpulkan fakta, ide, opini. Setelah informasi
dikumpulkan dilakukan pengaturan atau pengolahan terhadap konsep-konsep (dua
buah sekurang-kurangnya) yang merupakan bahan-bahan pemikiran untuk menimbulan
konsep baru.
b.
Tahap Inkubasi
Tahap istirahat (pengendapan) merupakan
masa penyimpanan informasi dan merenungkannya. Alam bawah sadar mengolah dan
mengambil alih informasi, menyemainya dengan mengaitkan berbagai ide, termasuk
menjajarkan, memadukan/menggabungkan, menyortir atau memilah, membayangkan dan
mengitari /mempersempit atau mencari intisari ide.
Dalam proses inkubasi kreatif dikenal
tiga metode ampuh untuk meningkatkan hasil upaya kreatif, yaitu kemujuran
(serendipity) adalah menemukan hal-hal yang tidak dicari secara kebetulan dan
cerdik. Keserentakan (synchronicity), berarti sedang dalam mencari ide dan
secara tidak sengaja mengalami suatu kejadian atau rangkaina kejadianyang tepat
untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Kekacaubalauan (chaos), yaitu
suatu tipuan semesta atau keserentakan yang tidak terjelaskan, ide muncul pada
saat-saat ganjil.
c.
Tahap Pencerahan
Tahap pencerahan ialah saat inspirasi
sebuah gagasan baru muncul dalam piiran seakan-akan dari ketiadaan muncul
jawaban baru yang jitu. Sangat dipentingkan sikap santai untuk mendorong tahap
inkubasi dan pencerahan.
d.
Tahap
Pelaksanaan/Pembuktian
Tahap menghimpun dana, merencanakan
suatu kegiatan hingga menguji gagasan tersebut. Ada yang berhasil cepat, ada
yang sangat lambat bahkan memakan waktu bertahun-tahun bahkan ada yang tidak
berhasil. Pada tahap ini, terjadi penyempurnaan ataupun pengujian terhadap ide
yang baru sehingga dapat dilaksanakan.
D. Ciri-Ciri Kreativitas
Menurut Guilford
(1963), ciri-ciri pada orang-orang kreatif adalah:
1) Fluency: kesiapan, kelncaran, kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan.
2) Fleksibilitas: kemampuan untuk menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
3) Originalitas: kemampuan untuk mencetuskan
gagasan-gagasan asli.
4) Elaborasi: kemampuan untuk melakukan hal-hal secara
detail terperinci.
5) Redefenition: kemampuan untuk merumuskan
batsan-batasan dengan melihat dari sudut lain daripada cara-cara yang lain.
Campbell (dalam Manguhardjana,
1986) mengemukakan ciri-ciri kreatif secara umum dapat
dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan,
ilham, pemecahan, cara baru, penemuan. Ciri-ciri pokok ini meliputi:
1. Kelincahan mental, adalah kemampuan untuk bermain-main
dengan ide-ide, gagasan, konsep, lambang-lambang, kata-kata, angka-angka, dan
khususnya melihat hubungan yang tidak biasa dari ide-ide.
2. Berpikir ke segala arah, adalah kemampuan untuk
berpikir dari satu ide, gagasan lalu menyebar ke sagala arah tidak hanya
terfokus pada satu jawaban saja.
3. Fleksibilitas konseptual, adalah kemampuan untuk
secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, kerja yang tak jalan.
4. Orisinalitas, adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide,
gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak lazim, yang jarang, bahkan
mengejutkan.
5. Lebih menyukai kompleiksitas daripada simplisitas,
dari penyelidikan diketemukan bahwa pada umumnya, orang-orang kreatif lebih
menyukai kerumitan daripada kemudahan, memilih tantangan dari keamanan,
cenderung pada yang lebih kompleks dari yang sederhana. Akibatnya mereka dapat
bertemu dengan gagasan-gagasan aneh dan hal-hal baru daripada orang-orang yang
puas dengan yang mudah, aman dan sederhana.
6. Latar belakang yang merangsang, orang-orang kreatif
biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang dapat menjadi contoh dan
dalam suasana ingin belajar, ingin bertambah tahu, ingin maju dalam
bidang-bidang yang ditekuninya.
7. Kecakapan dalam banyak hal, para manusia kreatif pada
umumnya mempunyia banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang.
b. Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu
mempertahankan ide-ide kreatif sekali sudah ditemukan tetap hidup. Ciri-ciri
ini meliputi,
1. Kemampuan untuk bekerja keras.
2. Berpikir mandiri, orang-orang kreatif memiliki ras
individualitas yang kuat. Mereka membuat keputusan sendiri, mereka percaya
kepada daya pikir mereka, dan mereka mempunyai pendapat sendiri.
3. Pantang menyerah, orang-orang kreatif tidak mudah
menyerah bila gagal. Mereka tetap berisaha dan selalu mencoba lagi.
4. Mampu berkomunikasi dengan baik, orang-orang kreatif
pada umumnya juga komunikator-komunikator yang baik, mendalam, jelas, dan
bagus. Karena untuk mewujudkan impian, mereka harus menjelaskan perkara dan
menyakinkan orang.
5. Lebih tertarik pada konsep daripada segi-segi yang
kecil
6. Keingintahuan.
7. Kaya humor dan fantasi. Mereka mampu mendapatkan dunia
yang lebih luas dan penuh dengan berbagai unsur menarik. Hal ini mendorong
mereka makin terjun dalam kegiatan-kegiatan kreatif dan ada saja yang dicipta.
8. Tidak segra menolak ide atau gagasan baru.
9. Arah hidup yang mantap. Orang-orang kreatif kebanyakan
menampkan diri dalam diri mereka sikap terlibat dalam sesuatu, yakin akan
tujuan dan arti hidup mereka. Motivasi batin semacam itu dapat menjadi daya
hebat untuk untuk membuat kemajuan.
c. Ciri-ciri sampingan: tidak langsung berhubungan dengan
dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup,
tetapi kerap mempengaruhi perilaku orang-orang kreatif. Ciri-ciri ini tidak
berhubungan dengan ciri-ciri orang kreatif tetapi ciri-ciri ini merupakan
akibat dari kekuatan kepribadian orang-orang kreatif dan situasi batin yang
diakibatkan oleh kreativitas. Ciri-ciri ini meliputi,
1. Tidak mengambil pusing apa yang dipikirkan orang lain.
orang-orang kratif berpikir sendiri dan mereka tidak mengambil pusing mengenai
apa yang dipikirakan orang lain. akibatnya mereka tidak peka terhadap perasaan
orang-orang sekitar.
2. Kekacauan psikologis. Karena selalu berpikir yang
tidak lazim dapat membawa mereka ketengah kekacauan psikolgis dan dapat
mengakibatkan keberantakan hidup.
E.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kreativitas
Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda.
Potensi ini perlu dipupuk sejak dini agar dapat diwujudkan. Untuk itu perlu
kekuatan-kekuatan pendorong, baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam
individu sendiri. Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk daya
kreatif individu, dalam hal ini mencakup baik lingkungan dalam arti sempit
(keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat, kebudayaan).
Timbul dan tumbuhnya kreatifitas dan selanjutnya berkembangnya suatu kreasi
yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat luput dari pengaruh
kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja
(Selo Soemardjan 1983). Tetapi ini tidak cukup , masyarakat dapat menyediakan
berbagai kemudahan, sarana, dan prasarana untuk menumbuhkan daya cipta
anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu sendiri,
sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk diri secara
kreatif, suatu pengikatan yang melibatkan diri dalam suatu pengikatan untuk
melibatkan diri dalam suatu kegiatan interaktif, yang mungkin memerlukan waktu
lama. Hal ini menyangkut motivasi internal.
Faktor yang mempengaruhi kreatifitas yaitu :
- Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis dan demokratis mendorong anak untuk
mengekspresikan diri tanpa tekanan dan hambatan.
- Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Suasana, kondisi
sekolah sangat menentukan kreatifitas berkembang.
- Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat bersifat heterogen dan kultur yang berbeda,
lingkungan yang tidak kondusif mengakibatkan anak tidak berkembang
kreatifitasnya.
Faktor lain yang mendorong kreatifitas adalah:
- Jenis Kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kreatifitas. Anak laki-laki
cenderung lebih besar kreatifitasnya daripada anak perempuan, terutama setelah
masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan antara anak
laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki dituntut untuk lebih mandiri, sehingga
anak laki-laki biasanya lebih berani mengambil resiko disbanding anak
perempuan.
- Urutan kelahiran
Anak sulung, anak tengah dan anak bungsu akan berbeda tingkat
kreatifitasnya. anak yang lahir ditengah, belakang, dan anak tunggal cenderung
lebih kreatif daripada anak yang lahir pertama. Hal ini terjadi karena biasanya
anak sulung lebih ditekan untuk lebih menyesuaikan diri oleh orangtua sehingga
anak lebih penurut dan kreatifitasnya mati.
- Intelegensi
Anak yang intelegensinya tinggi pada setiap tahapan perkembangan cenderung
menunjukan tingkah kreatifitas yang tinggi dibandingkan anak yang
intelegensinya rendah. Anak yang pandai lebih banyak mempunyai gagasan baru
untuk menyelesaikan konflik social dan mampu merumuskan penyelesaian konflik
tersebut.
- Tingkat pendidikan orangtua
Anak yang orangtuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih kreatif
dibandingkan pendidikannya rendah. Hal ini disebabkan karena banyaknya
prasarana serta tingginya dorongan dari orangtua sehingga memupuk anak-anak
untuk menampilkan daya inisiatif dan kreatifitas dan kreatifitasnya. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas tumbuh dan berkembang
karena faktor internal dan faktor eksternal.
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kreatifitas ke dalam dua kelompok yaitu :
1.
Faktor yang mendukung perkembangan kreatifitas
adalah sebagai berikut :
a.
Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan
b.
Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan
c.
Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
d.
Situasi yang mendorong tanggungjawab dan kemandirian
e.
Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya,
merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji
hasil perkiraan dan mengomunikasikan.
f.
kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreatifitas
secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih
bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan
dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman
yang dimilikinya.
g.
Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreatifitas, anak sulung laki-laki lebih
kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian)
h.
Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan,
sekolah, dan motivasi diri.
2.
Faktor Penghambat Berkembangnya Kreatifitas
adalah sebagai berikut:
a.
Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung
resiko, dan upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui
b.
Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial
c.
Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan
penyelidikan
d.
Stereotip peran seks
e.
Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
f.
Otoritarianisme
g.
Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan
F.
Teknik-Teknik Kreativitas
Tugas perkembangan anak yang mendukung kreatifitas adalah bahwa anak harus
mampu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru, anak diharapkan jika berlatih
dan mengembangkan ketrampilan baru sesuai dengan tuntutan hidup. Sebaliknya
anak yang tidak mampu mengembangkan kreatifitas atau ketrampilan akan
menunjukan sikap mudah putus asa, merasa tidak aman sehingga menarik diri dari
kegiatan dan takut memperlihatkan usaha-usahanya.
Seorang anak yang mampu memperhatikan kreatifitasnya akan mencapai masa
produktif dan mempunyai peluang yang baik untuk mengembangkan diri lebih jauh yang
disertai keterlibatan yang terus-menerus dalam kegiatan kreatif disegala
bidang. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreatifitas
mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan manusia. Karena anak yang
dapat menyalurkan kreatifitasnya akan mempunyai makna pada tahap
perkembangannya.
Teknik-teknik menumbuhkan kreatifitas
yaitu:
A. Teknik kreatif tingkat I
1. Memberikan pemanasan (warming up)
Pemanasan dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2. Sumbang saran
Osborn
pendiri dari Creative Education
Foundation, dalam bukunya Applied
Imagination menentukan empat aturan dasar untuk sidang sumbang saran yaitu
:
a. Kritik tidak dibenarkan atau
ditangguhkan
b. Kebebasan dalam memberikan gagasan
c. Gagasan sebanyak mungkin
d. Kombinasi dan peningkatan gagasan
3. Pertanyaan yang memicu gagasan
Teknik ini
juga disebut daftar periksa atau checklist dikembangkan oleh Alex Osborn dengan
tujuan meningkatkan gagasan. Pertanyaan-pertanyaan Osborn yang berupa “kata
kerja manipulatif” membantu seseorang dalam mengembangkan gagasan kreatif
dengan melihat hubungan-hubungan baru.
B. Teknik Kreatif Tingkat II
1. Synectics
Teknik
synectics dikembangkan oleh William J.J Gordon dan merupakan teknik berpikir
kreatif yang menggunakan analogi dan metafor untuk membantu pemikir
menganalisis masalah dan mengembangkan berbagai sudut tinjau (Feldhusen &
Treffinger,1980).
2. Futuristic
Yaitu
mengajar dengan pandangan masa depan amat penting agar siswa kelak dapat
menggunakan kemampuan mereka untuk membantu menciptakan masa depan. Siswa perlu
dibantu dalam mengaitkan perubahan yang akan terjadi di dunia dengan perubahan
mereka sendiri.
G. Kendala dalam pengembangan
kreativitas
Dalam
mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya, seseorang dapat mengalami
berbagai hambatan, kendala, atau rintangan.
a. Sumber Kendala
Shallcross (1985) mengolongkan kendala atau rintangan
dalam menggunakan potensi kreatif ke dalam:
1. Kendala historis
Ditinjau secara historis ada kurun waktu tertentu yang
merupakan puncak kejayaan kreativitas dan sebaliknya pula ada kurun waktu
tertentu yang tidak menunjang bahkan menghambat pengembangan kreativitas
perorang maupun kelompok.
2. Kendala biologis
Beberapa pakar menekankan bahwa kemampuan kreatif
merupakan ciri herediter, sementara pakar lainnya percaya bahwa lingkungan
menjadi faktor penentu utama.
3. Kendala fisiologis
Seseorang yang mengalami kendala faali karena terjadi
kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan maupun mereka yang
memiliki keterbatasan fisik dapat menghambat untuk mengungkapkan kreativitasnya.
4. Kendala sosiologis
Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang
menentukan kemampuan kita dalam pengembangan kreatif. Bila tidak diarahkan dan
didukung maka hasilnya tidak akan baik.
5. Kendala psikologis
Hal ini dikarenakan hampir semua orang telah membentuk
persepsi diri bahwa diri mereka tidaklah kreatif. Keyakinan sepert ini yang
membuat mereka susah dan tidak berkembang dari segi kreativitas.
b. Kendala dalam mengembangkan
kreativitas anak, meliputi empat “pembunuh kreativitas anak” yaitu:
1. Evaluasi
Rogers (dalam Vernon, 1982) menekankan salah satu
syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif adalah bahwa pendidik tidak
memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak
sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi dapat mengurangi
kreativitas anak.
2. Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan
memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian.
Pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
3. Persaingan (kompetisi)
Kompetisi lebih komplek daripada pemberian evaluasi
atau hadiah secara tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya
persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai
terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal
ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan
kreatvitas.
4. Lingkungan yang membatasi
Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas
tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai anak ia mempunyai pengalaman
mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dna hafalan semata-mata.
Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarina, dan
pada ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat. Pengalaman yang baginya amat
menyakitkan dan menghilngkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya untuk
sementara. Padahal sewaktu baru berumur lima tahun ia amat tertarik untuk
belajar ketika ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan
bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat
membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak.
c. Kendala dari lingkungan, meliputi
lingkungan yang tidak sehat dalam pergaulan dan lingkungan yang tidak mendukung
anak untuk berkreasi dalam kesehariannya.
d. Kendala dari rumah, meliputi
1. Orang tua yang tidak mendukung
kemampuan anak.
2. Keinginan orang tua untuk melihat
anaknya berprestasi sehingga mereka mendorong anak dalam bidang-bidang yang
tidak diminatinya.
3. Keluarga tidak menggunakan secara
tepat empat “pembunuh kreativitas anak” yaitu evaluasi, hadiah, kompetensi, dan
pilihan atau lingkungan yang terbatas (Amabile, 1989).
e. Kendala dari sekolah, meliputi
1. Sikap guru
Dalam suatu studi, tingkat motivasi diri siswa rendah,
jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru memberikan
lebih banyak otonomi.
2. Belajar dengan hafalan mekanis
menghambat kreativitas.
3. Kegagalan
Semua siswa pasti pernah mengalami kegagalan dalam
pendidikan mereka, tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan
mempunyai dampak yang nyata terhadapa motivasi diri dan kreativitas.
4. Tekanan akan konformitas dari guru
5. Sistem sekolah yang membatasi anak
untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
H. Aplikasi penerapan sistem kreatifitas belajar di sekolah
Faktor penting dalam meningkatkan kreatifitas disekolah adalah guru. Banyak
sekali hal yang dapat dilakukan guru disekolah untuk merangsang dan
meningkatkan daya fikir siswa, sikap dan prilaku kreatif siswa, melalui
kegiatan didalam atau diluar kelas. Potensi kreatif siswa di sekolah dapat
ditingkatkan dengan cara mengusahakan iklim di kelas yang dapat mengunggah
kreatifitas siswa. Selanjutnya guru harus menghargai keunikan pribadi dan
potensi setiap siswa dan tidak perlu selalu menuntut dilakukannya pada hal-hal
yang sama. Pada waktu tertentu siswa diberi kebebasan untuk melakukan sesuatu
yang disenangi oleh siswa.
Dalam kegiatan belajar, proses berfikir kreatif dan pemecahan masalah
secara kreatif dirangsang dengan mengajukan pertanyaan, untuk menemukan masalah
sendiri, untuk menggunakan imajinasinya dalam mengemukakan macam-macam gagasan
atau kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam hal ini guru lebih
banyak memberi umpan balik dan meminta siswa untuk menilai sendiri
produk-produk kreatifitasnya.
Dalam melaksanakan pengajaran kreatif, guru harus kreatif dan memiliki
semangat petualang ( Torrance, 1967). Hal ini berarti bahwa cara guru mengajar
seharusnya bervariasi, dengan untuk mencoba sesuatu yang baru, tidak kaku dalam
melaksanakan kurikulum atau aturan-aturan yang ada serta bersikap hangat kepada
siswa. Guru dalam mengajar hendaknya menciptakan lingkungan yang merangsang
belajar kreatif, terampil mengajukan dan mengundang pertanyaan, dan dapat
memadukan perkembangan kognitif dan afektif.
Munandar (1987) Memberikan saran agar guru dapat mengajar
secara kreatif. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Guru menghargai kreatifitas siswa
b.
Guru bersikap terbuka terhadap gagasan
c.
Guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual
d.
Guru bersikap menerima dan menunjang anak
e.
Guru menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensiasi
f.
Guru cukup memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa
ragu
g.
Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan kelompok
h.
Guru tidak bersikap sebagai tokoh yang maha mengetahui tetapi menyadari
keterbatasan sendiri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang sebelumnya.
Kreativitas dapat ditinjau dari berbagai macam teori yaitu teori psikoanalisa,
teori humanistik dan teori Cziksentmihalyi. Dalam kreativitas ada empat macam
tahapan yang harus dijalani yaitu tahapan persiapan, tahapan inkubasi, tahapan
pencerahan, dan tahapan pelaksanaan atau pembuktian. Orang-orang yang memiliki
kreativitas tentu memiliki ciri-ciri khusus seperti kemampuan bekerja keras,
berpikir mandiri, pantang menyerah dan masih banyak lagi. Ada banyak faktor
yang mempengaruhi daya kreativitas seseorang baik dari dalam maupun dari luar. Untuk
mengembangkan kreativitas aa teknik-teknik tertentu yang harus dilakukan. Dalam
mengembangkan kreativitas tentu saja ada kendala-kendala yang dapat membuat
kreativitas seseorang dapat terhambat. Untuk itu kita perlu mengenali hal-hal
tersebut sehingga kita dapat mengantisipasi agar kreativitas kita tidak
terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Tuhana Tufiq. 2013. Cara Cerdas Melejitkan IQ Kreatif Anak.
Jogjakarta: Kata Hati
Campbell, David. Tanpa Tahun. Mengembangkan Kreativitas. Disadur oleh A.
M. Mangunhardjana, 1986. Kanisius: Yogyakarta.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta
2 komentar:
setiap manusia mengekspresikan kreatifitasnya dengan cara yang berbeda beda. seni tak kenal batas
izin copy
Posting Komentar